Zakir Abdul Karim Naik (bahasa Hindi: ज़ाकिर अब्दुल करीम नायक; lahir 18 Oktober 1965; umur 49 tahun) adalah seorang pembicara umum Muslim India, dan penulis hal-hal tentang Islam dan perbandingan agama. Secara profesi, ia adalah seorang dokter medis, memperoleh gelar Bachelor of Medicine and Surgery (MBBS) dari Maharashtra, tapi sejak 1991 ia telah menjadi seorang ulama
yang terlibat dalam dakwah Islam dan perbandingan agama. Ia menyatakan
bahwa tujuannya ialah membangkitkan kembali dasar-dasar penting Islam
yang kebanyakan remaja Muslim tidak menyadarinya atau sedikit
memahaminya dalam konteks modernitas.
Zakir Naik adalah pendiri dan presiden Islamic Research Foundation (IRF) — sebuah organisasi nirlaba yang memiliki dan menyiarkan jaringan saluran TV gratis Peace TV dari Mumbai, India.
Naik telah mengadakan banyak debat dan ceramah di seluruh dunia, ia
biasa mengadakannya di Mumbai, India, dan setiap tahun sejak 2007 ia
memimpin Konferensi Damai 10 hari di Somaiya Ground, Sion, Mumbai dengan cendekiawan lainnya, termasuk politikus Malaysia, Anwar Ibrahim pada 2008. [14]
Tahun 2004, Naik mengunjungi Selandia Baru[15] dan kemudian ibu kota Australia atas undangan Islamic Information and Services Network of Australasia. Dalam konferensinya di Melbourne,
menurut jurnalis Sushi Das, "Naik memuji superioritas moral dan
spiritual Islam dan mencerca kepercayaan lain dan bangsa Barat secara
umum", menambahkan bahwa kata-kata Naik "mendorong jiwa keterpisahan dan
memperkuat pemisahan". [16]
Bulan 1 April 2005,
Naik terlibat dalam debat dengan William Campbell, topiknya ialah Islam
dan Kristen dalam konteks ilmu pengetahuan, di mana keduanya
membicarakan dugaan kesalahan ilmiah di dalam kitab suci.[17]
Khushwant Singh, seorang jurnalis India, mengatakan bahwa kata-kata
Naik "kejam" dan "mereka jarang masuk debat tingkat sarjana perguruan
tinggi, di mana kontestan bersaing dengan yang lainnya untuk memperoleh
nilai terbaik".[18][19]
Analis politik Khaled Ahmed
menganggap bahwa Zakir Naik, menurut klaim superioritas Islam terhadap
keyakinan religius lain, mempraktikkan apa yang ia sebut Orientalisme mundur. [20] Dalam sebuah ceramah di Melbourne University, Naik mengatakan bahwa hanya Islam yang memberikan wanita kesamaan sejati.[21] Ia menyatakan pentingnya penutup kepala dengan menganggap bahwa "pakaian Barat yang terbuka" membuat wanita lebih mungkin mengalami pelecehan seksual.[22]
Tanggal 21 Januari 2006, Naik mengadakan sebuah dialog antaragama dengan Sri Sri Ravi Shankar.
Acara ini mengenai konsep Tuhan dalam Islam dan Hinduisme, tujuannya
ialah memberikan kesepahaman antara dua agama besar India, dan
mengeluarkan kesamaan antara Islam dan Hinduisme, seperti bagaimana
berhala dilarang. Diadakan di Bangalore, India dengan 50.000 orang memadati Palace Grounds.[23]
Bulan August 2006, kunjungan dan konferensi Naik di Cardiff (Britania Raya) menjadi obyek kontroversi ketika MP (anggota parlemen) Wales David Davies
meminta acaranya dibatalkan. Ia menyebutnya seorang 'penjual
kebencian', dan mengatakan pandangannya tidak pantas memperoleh
'platform publik'; Muslim dari Cardiff, mempertahankan hak berbicara
Naik di kota mereka. Saleem Kidwai, Sekretaris Jenderal Muslim Council
of Wales, tidak setuju dengan Davies, menyatakan bahwa "orang-orang yang
mengenalnya (Naik) tahu bahwa ia adalah salah satu orang paling
tidak kontroversial yang pernah ada. Ia berbicara tentang kesamaan antar
agama, dan bagaimana kita harus hidup selaras dengan mereka", dan
mengundang Davies untuk membicarakan lebih jauh dengan Naik secara
pribadi di konferensi ini. Konferensi tetap berjalan, setelah dewan
Cardiff mengatakan bahwa mereka senang apabila ia tidak berceramah
dengan pandangan ekstremis.[24][25]
Setelah sebuah ceramah oleh Paus Benediktus XVI bulan September 2006, Naik menantang debat publik langsung dengannya, tetapi ditolak oleh Sri Paus.[26]
Bulan November 2007, IRF mengadakan konferensi dan pameran Islam internasional 10 hari bertemakan Konferensi Damai di Somaiya Ground di Mumbai. Ceramah tentang Islam dilaksanakan Naik juga dua puluh cendekiawan Islam lainnya dari seluruh dunia.[27]
Selama salah satu ceramahnya, Naik memprovokasi kemarahan di antara
anggota komunitas Syiah di konferensi itu ketika ia menyebutkan
kata-kata "Radhiyallah taa'la anhu" (berarti 'Semoga Allah
mengampuninya') setelah menyebut nama Yazid I dan menyebutkan bahwa
Pertempuran Karbala hanya berdasarkan politik.[28] Lainnya mempercayai komentar ini disengaja.[29]
Dalam terbitan 22 Februari 2009, Indian Express
membuat daftar "100 Orang India Terkuat 2009" di antara satu miliar
penduduk India, Zakir Naik masuk peringkat 82. Dalam daftar khusus "10
Guru Spiritual Terbaik India", Zakir Naik ada di peringkat 3, setelah Baba Ramdev dan Sri Sri Ravi Shankar, menjadi satu-satunya Muslim di daftar ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar